Sekelumit Memori Menarik Tentang Prabowo Dan Ikan
Warta Jurnal. Bukan sekedar basa-basi, karena Pak Prabowo tahu apa yang dia tanyakan
dan juga menanggapi setiap jawaban. Sesekali beliau mengangguk jika
dianggapnya sudah benar, kadang juga kasih sedikit saran.
Fully pay attention, menjaga eye contact dengan yang diajak bicara. Kelihatan sekali Pak Prabowo menguasai topik pembicaraan.
Selesai dialog singkat tentang usaha ikan, beliau lalu menuliskan pesannya di buku yang hendak ditandatangani.
Luar biasa, meski sudah “melayani” ratusan orang yang mengajak selfie, minta tanda tangan, ngajak ngobrol dan meminta saran ini itu, beliau masih tidak kehilangan perhatian sekecil apapun kepada para tamunya. Padahal, senja sudah mulai menghilang, petang sudah menjelang. Beliau mungkin sudah lelah, tapi tetap punya secuil waktu untuk memberikan perhatian sekecil apapun.
Bukan sekedar melemparkan pertanyaan tebak-tebakan buat lucu-lucuan, tetapi pertanyaan dialogis yang bermanfaat.
* * *
Pekan lalu, teman saya cerita dia menghadiri undangan pesta ulang tahun seorang pengusaha etnis Tionghoa, kenalan suaminya. Pengusaha wanita itu sudah cukup sepuh, 70 tahun. Dia kenal baik dengan Pak Prabowo.
Di acara ultahnya, ibu pengusaha itu bercerita beberapa pengalamannya bersama Pak Prabowo. Salah satunya, pernah sekali waktu ketika sedang dalam perjalanan bersama Pak Prabowo, tetiba di jalan melihat seorang petani. Pak Prabowo kemudian menghentikan perjalanan dan menghampiri petani itu.
Ditanyalah si petani, kenapa cara bertaninya seperti itu, kenapa tidak begini, blablabla… Pak Prabowo menjelaskan teknisnya dengan detil, beliau menguasai.
Kemudian si petani ditanya soal bibit apa yang dia tanam. Kenapa tidak pakai bibit anu, dll. Petani itu menjawab dia tak punya uang, karena harga bibit yang dimaksud Pak Prabowo cukup mahal baginya.
Spontan Pak Prabowo memberikan uang sejuta rupiah kepada petani yang baru ditemuinya beberapa saat yang lalu. Sejuta rupiah untuk ukuran waktu itu (entah berapa tahun lalu) sudah cukup besar.
Apalagi diberikan begitu saja pada orang yang baru ditemui di jalan, tanpa syarat dan ketentuan apapun. Dan itu pasti uang pribadi, karena Pak Prabowo bukan pejabat negara yang diback-up dengan dana taktis yang boleh digunakan untuk apa saja.
Begitulah Pak Prabowo. Beliau apa adanya, tidak terlalu banyak basa-basi, tapi ketika memberikan perhatiannya dia benar-benar tulus, penuh perhatian, tidak dibuat-buat, spontan.
Fully pay attention, menjaga eye contact dengan yang diajak bicara. Kelihatan sekali Pak Prabowo menguasai topik pembicaraan.
Selesai dialog singkat tentang usaha ikan, beliau lalu menuliskan pesannya di buku yang hendak ditandatangani.
Luar biasa, meski sudah “melayani” ratusan orang yang mengajak selfie, minta tanda tangan, ngajak ngobrol dan meminta saran ini itu, beliau masih tidak kehilangan perhatian sekecil apapun kepada para tamunya. Padahal, senja sudah mulai menghilang, petang sudah menjelang. Beliau mungkin sudah lelah, tapi tetap punya secuil waktu untuk memberikan perhatian sekecil apapun.
Bukan sekedar melemparkan pertanyaan tebak-tebakan buat lucu-lucuan, tetapi pertanyaan dialogis yang bermanfaat.
* * *
Pekan lalu, teman saya cerita dia menghadiri undangan pesta ulang tahun seorang pengusaha etnis Tionghoa, kenalan suaminya. Pengusaha wanita itu sudah cukup sepuh, 70 tahun. Dia kenal baik dengan Pak Prabowo.
Di acara ultahnya, ibu pengusaha itu bercerita beberapa pengalamannya bersama Pak Prabowo. Salah satunya, pernah sekali waktu ketika sedang dalam perjalanan bersama Pak Prabowo, tetiba di jalan melihat seorang petani. Pak Prabowo kemudian menghentikan perjalanan dan menghampiri petani itu.
Ditanyalah si petani, kenapa cara bertaninya seperti itu, kenapa tidak begini, blablabla… Pak Prabowo menjelaskan teknisnya dengan detil, beliau menguasai.
Kemudian si petani ditanya soal bibit apa yang dia tanam. Kenapa tidak pakai bibit anu, dll. Petani itu menjawab dia tak punya uang, karena harga bibit yang dimaksud Pak Prabowo cukup mahal baginya.
Spontan Pak Prabowo memberikan uang sejuta rupiah kepada petani yang baru ditemuinya beberapa saat yang lalu. Sejuta rupiah untuk ukuran waktu itu (entah berapa tahun lalu) sudah cukup besar.
Apalagi diberikan begitu saja pada orang yang baru ditemui di jalan, tanpa syarat dan ketentuan apapun. Dan itu pasti uang pribadi, karena Pak Prabowo bukan pejabat negara yang diback-up dengan dana taktis yang boleh digunakan untuk apa saja.
Begitulah Pak Prabowo. Beliau apa adanya, tidak terlalu banyak basa-basi, tapi ketika memberikan perhatiannya dia benar-benar tulus, penuh perhatian, tidak dibuat-buat, spontan.
Komentar
Posting Komentar